- Home
- Cerita Penyintas
- Huntap Sibalaya Selatan: Oase Baru Bagi Penyintas Likuefaksi

Huntap Sibalaya Selatan: Oase Baru Bagi Penyintas Likuefaksi
Tak ada yang menyangka bahwa bencana likuefaksi pada 28 September 2018 akan meluluhlantakkan segalanya. Rumah-rumah yang dulu berdiri kokoh hilang ditelan bumi, meninggalkan reruntuhan dan puing-puing harapan yang berserakan. Dalam hitungan detik, kehidupan ratusan keluarga berubah drastis. Mereka kehilangan tempat tinggal dan berjuang melawan ketidakpastian serta rasa kehilangan yang mendalam.
Namun, tahun 2023 menjadi titik balik bagi para penyintas bencana ini. Harapan baru muncul di Sibalaya Selatan, di mana Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun 118 unit hunian tetap (huntap) di atas lahan seluas 1.404 hektar. Kini, para penyintas memiliki tempat aman untuk melanjutkan hidup mereka.
Huntap Sibalaya Selatan menawarkan panorama perbukitan hijau yang menyejukkan, dengan rumah-rumah yang berjajar rapi di bawah langit cerah. Lingkungan yang dirancang nyaman ini juga dilengkapi taman-taman yang indah serta jalan lingkungan yang lapang. Setiap sudut permukiman dipenuhi warna-warni bunga yang menambah kesejukan suasana. Kehidupan baru di sini dibalut harapan.
Suidah, seorang ibu rumah tangga berusia 42 tahun, adalah salah satu penyintas yang kini tinggal di Huntap Sibalaya Selatan. “Saya tinggal di sini sudah satu tahun. Sebelumnya, lima tahun kami harus tinggal di huntara (hunian sementara). Waktu kejadian itu, saya sedang pergi mencari anak saya. Pas pulang, rumah-rumah sudah hancur, semua tenggelam dibawa likuefaksi,” kenang Suidah dengan mata berkaca-kaca.
Kini, kehidupan mereka berangsur membaik. “Alhamdulillah, tinggal di huntap ini sudah tenang dan aman. Saya puas, apalagi anak-anak bisa ramai bermain di taman,” tambahnya sambil tersenyum. Di Huntap Sibalaya Selatan, anak-anak memang bebas bermain di ruang terbuka hijau, tertawa lepas melupakan trauma masa lalu. Sekolah dasar yang dibangun tepat di tengah kawasan huntap semakin menambah keceriaan mereka.
Selain itu, Kementerian PUPR juga membangun infrastruktur yang mendukung kenyamanan warga, termasuk empat sumur artesis untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan sistem sanitasi individual berupa biotank. Sebanyak 35 unit penerangan jalan umum (PJU) terpasang di seluruh area, memberikan rasa aman bagi warga pada malam hari.
Meski demikian, masih ada tantangan yang dirasakan para penghuni. “Cuma kendalanya, kilometer listrik terlalu tinggi,” ujar Suidah, mengungkapkan harapannya agar masalah ini dapat segera teratasi.
Namun di balik semua itu, semangat gotong royong dan kebersamaan tetap terjaga. “Hubungan dengan tetangga aman semua. Di sini juga ada kegiatan mengaji dan bersih-bersih setiap Sabtu dan Minggu,” jelasnya, menyoroti keharmonisan yang tercipta di lingkungan baru mereka.
Dengan segala fasilitas yang disediakan, Huntap Sibalaya Selatan menjadi oase harapan baru bagi para penyintas likuefaksi. Di sinilah mereka mulai menata kembali hidup, menyusun keping-keping masa depan yang sempat tercerai-berai. Di bawah langit cerah dan rumah-rumah yang berdiri kokoh, semangat untuk bangkit kembali terpancar dari wajah para penyintas.
Recent Post

“Walau tidak seluas rumah saya sebelumnya, saya tetap bersyukur karena bangunan huntapnya...

Itulah yang dialami salah satu penghuni Huntap Talise Panau, Ibu Sundari, seorang ibu ruma...

Terletak di kawasan perbukitan yang menawarkan pemandangan eksotis Teluk Palu, Huntap Tali...

Huntap Sibalaya Selatan menawarkan panorama perbukitan hijau yang menyejukkan, dengan ruma...
